Kamis, 19 Juli 2012

"Sia-sia saja studiku" ?

Tidak ingin menyia-nyiakan pendidikan dan gelar yang telah diraih adalah salah satu alasan paling umum mengapa wanita memilih meninggalkan anak untuk berkarir di kantor. Saya sendiri tak menyangkal bahwa saya juga kadang risau kalau-kalau orang memandang aneh diri saya dan berkata demikian, "Sudah sekolah tinggi-tinggi, kok sekarang hanya di rumah?"
Apa yang sering terlontar dari mulut orang, "hanya ibu rumah tangga," "hanya di rumah", "hanya momong anak," ... tidakkah Anda sadar, kata "hanya" itu benar-benar menyebalkan, bukan? Sekali lagi, kita berhadapan dengan masyarakat yang teracuni konsep feminisme salah.
Sekarang, coba kita berpikir, kalau kita terpelajar, mempunyai pendidikan yang tinggi, bukankah kita adalah orang yang lebih tepat untuk mendidik anak kita? Mengapa kita rela menyerahkan anak kita untuk dididik pembantu yang tidak jelas pendidikannya? Apakah kalau kita mempunyai gelar, hidup kita jadi terlalu berharga untuk diberikan kepada anak kita?
Saya memilih menjadi ibu rumah tangga untuk bisa mengasuh anak saya karena saya yakin bahwa ilmu Magister Psikologi saya membuat saya punya kesempatan untuk memberikan pengasuhan yang terbaik. Dan ternyata, tidak hanya saya yang berpendidikan S2 memilih untuk jadi ibu rumah tangga fulltime. Di Amerika, cukup banyak wanita dengan gelar pendidikan yang lebih tinggi, doktor, yang memilih menunda karier mereka demi mengasuh anak dengan tangan mereka sendiri.

4 komentar:

  1. stelah saya terus baca tulisan2 mba, kayana saya jadi jatuh cinta sama blog ini :) .. Ditunggu karya2 slanjutnya.. Salam knal sesama full time mother

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal, Mbak.. :) Sy seneng kalau Mbak suka tulisan2 sy di sini.. Sy ingin ibu2 fulltime lain tdk mengalami tekanan emosional seperti yg pernah sy alami. Sy bersyukur sekali akhirnya menemukan ahli2 (psikolog dan psikiater kelas dunia) yg mendukung ibu untuk mengasuh anak full-time. Jd di sini sy akan transferkan apa yg sudah sy dapat dari mereka :)

      Hapus
  2. Hebat mba yang S2 memilih jd irt,sya lulusan S1 dan alhamdulillah bisa lulus cumlaude sering mndpt tekanan mba krn pendidikan saya itu malah memilih jadi full time mom,tp saya bangga bisa memilih resign demi anak anak saya...tulisan tulisan mba benar benar memberikan saya semangat....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih.. saya senang sekali bisa ikut menyemangati Mba Rizki :) Iya, betul sekali, Mba Rizki, kalau kita terbiasa berprestasi di sekolah dan kuliah, semakin besar tantangan yg kita hadapi. Sayangnya sedikit sekali orang yg berpikir kritis dalam menghadapi 2 pilihan hidup ini.. kebanyakan orang memandang bahwa karir adalah hal wajar di jaman modern ini. Akibatnya, hanya segelintir orang yg mampu melihat bahwa kebutuhan emosional anak adalah hal yang tak bisa diabaikan sama sekali. Tetap semangat ya... :)

      Hapus