Kamis, 19 Juli 2012

Oh, kenapa aku bukan Supermom?

Gambaran wanita karier : cekatan menyiapkan sarapan pagi untuk anak, pintar menangani urusan kerjaan di kantor, pulang dan menghabiskan waktu secara berkualitas dengan anak di malam hari. Supermom, oh, supermom!! 
Benarkah ada wanita yang Supermom seperti itu? Sayangnya, kenyataannya tidak. Kalau kita tidak bisa, wanita lain juga sama saja, tidak. Kita hanya manusia biasa, yang hanya punya tenaga terbatas, dan hanya bisa berada di satu tempat. Kita tidak bisa melakukan dua peran yang berbeda sama-sama sempurnanya. Suzanne Venker, dalam bukunya, menjelaskan bahwa wanita tidak bisa sukses di karier bersamaan persis dengan sukses sebagai ibu rumah tangga. Yang mungkin dilakukan adalah sukses di keduanya, tapi tidak dalam waktu yang sama. 

Kita, yang punya pengalaman bekerja di kantor, bisa membayangkan, apakah sepulang dari kantor, kita masih punya energi penuh untuk memandikan anak, menyuapi, kemudian bermain dan bercanda dengan ceria bersama mereka. Tentu tidak, bukan? Begitu pula teman-teman kita yang berkarir.
Kemudian, bayangkan, apakah kita bisa benar-benar memahami anak kita, kalau kita hanya berada di rumah   bersama mereka waktu sore hingga malam? Sebuah penelitian besar-besaran yang diadakan oleh NICHD Early Child Care Research Network yang melibatkan 1300 bayi dan keluarganya, menemukan bahwa ibu yang merawat anak mereka secara penuh di rumah menunjukkan perilaku yang sedikit lebih sensitif atau responsif terhadap kebutuhan anak dibandingkan dengan ibu dari anak yang mendapat pengasuhan nonparental (Adapun sensitivitas dan responsivitas ibu terhadap kebutuhan anak ini merupakan variabel yang berkaitan dengan pembentukan rasa aman (secure attachment) yang sangat penting untuk perkembangan sosial anak di masa selanjutnya). Sumber: Bee and Boyd, 2007, h. 395-396.
Saya sendiri mengamati, tetangga-tetangga saya, yang sehari-hari bekerja di kantor, karena terbiasa meninggalkan anak, ketika mereka tidak bekerja dan punya kesempatan untuk bersama anak pun, juga jadi tidak benar-benar menggunakan kesempatan itu untuk bersama anak. Dengan kata lain, kondisi terbiasanya mereka tidak bersama anak, menyebabkan mereka lebih mudah, lebih bersedia meninggalkan anak, sekalipun untuk kepentingan lain yang tidak mendesak. 

Di samping itu, ibu-ibu yang memilih untuk berkarier di kantor, banyak dari mereka yang mengatakan bahwa sesungguhnya mereka tidak benar-benar bisa berkonsentrasi di kantor karena memikirkan anak mereka di rumah, terutama ketika anak mereka sedang sakit.  

Kita, yang sengaja memilih untuk berperan sebagai ibu rumah tangga fulltime, bisa disebut bijaksana, karena kita paham akan kekuatan kita sendiri. Ada pepatah yang mengatakan bahwa orang yang bijaksana adalah orang yang paham akan kekuatan dirinya. Kita menyadari bahwa kita memiliki energi yang terbatas, sehingga tidak mampu melakukan 2 peran sekaligus, bekerja full di kantor dan kemudian di rumah masih mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Kita juga bisa mengira-ngira bahwa diri kita tak mampu menjadi ibu yang maksimal yang mengenal anak kita dengan baik seandainya  diri kita melakukan peran ganda ini. 

Jadi, jangan lagi ada di benak kita gambaran Supermom. Supermom hanyalah tokoh khayalan dalam imajinasi. Yang ada di dunia ini adalah ibu-ibu yang tidak sempurna, yang tenaganya terbatas, dan bisa lelah. Kita hanya bisa menjadi ahli di satu bidang, yaitu bidang yang mana kita kehendaki untuk fokus di dalamnya, bidang yang kita curahkan perhatian dan tenaga kita untuknya. Pikirkan saja betapa kita sekarang menjadi semakin hebat dalam mengurus anak kita.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar