Selasa, 24 Juli 2012

It's all about child's self-concept, what matters most


Alasan utama mengapa kita pantas mempertahankan agar pengasuhan anak tetap di tangan kita adalah karena masa kecil anak merupakan masa pembentukan konsep dirinya. Menyerahkan pengasuhan anak ke tangan orang lain, berarti kita mempertaruhkan konsep diri anak tersebut.
Anak belajar menghargai dirinya sendiri dengan cara melihat bagaimana orang lain memperlakukan dirinya. Kalau ia merasa diterima, dihargai, menerima banyak ekspresi kasih sayang lewat pelukan, ciuman, senyuman, ia merasa dirinya berharga. Sebaliknya, kalau ia terlalu sering dimarahi, dikritik, diejek, dijelek-jelekkan, bahkan diperlakukan kasar, ia merasa bahwa dirinya tidak berharga.
Konsep diri yang terbentuk selama bertahun-tahun masa kecil anak, akan dibawanya ke masa remaja, hingga dewasa. Jika dalam diri anak telah terbentuk sebuah konsep diri yang positif, ia akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri, bahagia menjadi dirinya sendiri, dan hal ini akan menuntunnya mengembangkan kepribadian yang menyenangkan, yaitu ceria, mampu bersikap hangat terhadap orang lain, mudah merasa bahagia, tidak mudah tersinggung, tidak mudah putus asa, dan masih banyak lagi. Sebaliknya, konsep diri negatif adalah sumber dari segala masalah. Orang yang mempunyai konsep diri negatif, tidak mempunyai rasa percaya pada dirinya sendiri, jauh di dalam hatinya ia tidak merasa berharga, sehingga mudah sekali tersinggung atas kata-kata orang lain. Ia juga cenderung bersikap negatif kepada orang lain, berprasangka buruk, memusuhi orang lain. Pembawaannya dari luar, bisa tampak sebagai seseorang yang pemalu, atau sebaliknya, suka sekali mencari perhatian orang lain dan agresif terhadap orang lain.
Seseorang yang mempunyai konsep diri positif, tidak selalu nampak sebagai orang yang percaya diri untuk tampil di depan orang banyak, berbicara di depan umum, seperti yang orang lain sering pahami sebagai arti sebuah kepercayaan diri. Kepercayaan dirinya adalah keyakinannya bahwa dirinya baik dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan tetap berharga tanpa peduli bagaimana sikap orang lain. Kepercayaan diri dari dalam ini akan membuat seseorang berpembawaan tenang dan stabil.
Ketika seorang anak diasuh oleh ibunya sendiri, pada umumnya anak akan sering dipeluk, dicium, diajak tersenyum, diajak bicara, meski juga tak disangkal, ada saat di mana sang ibu marah kepadanya. Kasih ibu yang teramat dalam kepada anaknya, secara tidak sadar akan mengalir lewat kata-kata dan tiap tindakannya terhadap anak, yang akan membuat anak merasa berharga. Akan tetapi, bagaimana jika sehari-hari anak lebih banyak bersama orang lain, pembantu, atau babysitter misalnya? Apakah pembantu akan berperilaku persis sama seperti ibu, suka mencium, mengajak tersenyum, berbicara dengan lembut? Saya rasa tidak. Saya sendiri, ketika berjalan-jalan dengan anak saya di sekitar rumah, pernah melihat bagaimana seorang pembantu berbicara kepada anak momongannya seperti ini, “Tuh, si A itu cakep, kan, nggak kayak kamu, jelek.” Waduh, waduh… seandainya saya adalah mama dari anak itu, saya tentu tidak akan rela anak saya dikata-katai “jelek” seperti itu. 
Jadi, satu hal yang sangat jelas menjadi sisi positif kita sebagai ibu rumah tangga yang mengasuh anak kita dengan tangan kita sendiri adalah kita punya kesempatan emas untuk membentuk konsep diri yang positif pada diri anak kita, sebuah bekal yang akan dibawa anak kita selamanya untuk mengarungi kehidupan ini dengan bahagia. Sayang sekali, sampai saat ini saya belum mempunyai kesempatan untuk melakukan penelitian. Seandainya bisa dilakukan penelitian, saya yakin sekali, bahwa perbedaan antara anak-anak yang dibesarkan ibu seorang ibu rumah tangga dengan anak-anak yang dibesarkan ibu seorang wanita karier terletak pada konsep diri anak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar