Kamis, 12 Juli 2012

Benarkah Pilihanku?

Kita yang telah memilih peran ibu rumah tangga seringkali dalam hati bertanya-tanya, apakah pilihanku ini memang mempunyai efek positif di kemudian hari, atau akan jadi sia-sia saja. "Untuk apa aku bersusah payah menjalani peran ini kalau ternyata efeknya untuk anakku akan jadi sama saja dibandingkan jika aku berkarier di luar rumah? Di luar sana, hampir semua ibu bekerja di kantor. Zaman modern sekarang ini, tuntutan ekonomi tinggi, masakan aku hanya di rumah, tidak menghasilkan uang? Apakah orang lain menilai aku sebagai wanita yang malas karena aku memilih untuk di rumah saja?" Itu semua adalah pertanyaan yang terlintas di kepala kita, mungkin sesekali saja, tapi bisa juga setiap hari.
Menurut penelitian, ibu yang di rumah mengalami stress lebih besar daripada yang bekerja di kantor. Apakah ada sesuatu yang salah? Jawabannya adalah ya. Kita tidak sadar, bahwa di sekitar kita, media komunikasi sehari-hari membombardir kita dengan pengeksposan peran ibu bekerja. Mulai dari artikel majalah, koran yang membahas soal bagaimana menyeimbangkan antara karier dengan tugas mengasuh anak, sampai iklan televisi yang menampilkan sosok ibu kantoran. Semuanya itu membuat wanita secara tidak sadar memandang bahwa berkarier, bekerja di kantor, lebih keren dibandingkan mengerjakan tugas mengasuh anak di rumah. Hal inilah yang sebenarnya menjadi sumber utama ketidakpuasan kita dalam menjalani peran ibu rumah tangga. Kita merasa diri kita lebih rendah dibandingkan ibu yang bekerja di kantor.
Di Amerika, sekarang ini, cukup banyak orang yang tampil mengusung kembali kemuliaan peran ibu rumah tangga. Mereka ini prihatin dengan pandangan para wanita yang teracuni konsep feminisme yang salah, yang  mendorong ibu-ibu untuk bekerja meninggalkan urusan rumah tangga, dan yang menanamkan persepsi bahwa peran ibu rumah tangga adalah peran tradisional yang tidak bergengsi. Di tengah isu yang mendukung ibu bekerja, mereka mengetengahkan fakta permasalahan seputar dampak negatif pada anak.
Saya pribadi berharap, di Indonesia, sebentar lagi, akan muncul kubu yang berani mempertahankan konsep bahwa peran ibu rumah tangga adalah peran yang penting. Saya berharap teori-teori Psikologi yang memperjelas peran penting pengasuhan ibu terhadap perkembangan anak muncul di buku, majalah, dan koran, dan muncullah perdebatan secara terbuka mengenai konflik antara dua kubu ini, antara pihak yang memandang pentingnya peran ibu rumah tangga dengan pihak yang memandang pentingnya peran ibu memilih karier di kantor. Dengan demikian, menjadi adil, dan para wanita secara terbuka melihat isu perdebatan ini lebih jelas, tidak hanya mereka melihat dari satu sisi saja, dari pandangan kaum yang memandang bahwa karier adalah hal yang baik untuk ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar